Gravimetri
Penentuan Kalsium dari Batu
Kapur
Triwahyuni S. Umamah (441412080)
Department of Chemistry Education, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences
Gorontalo State University
Report Received: 11 November 2013
1.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan kadar
kalsium dalam batu kapur melalui metode gravimetri.
2. Dasar Teori
Analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang dikandung. Pada prakteknya metode pengendapan dan metode penguapan
adalah yang terpenting. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat
diuji dan bila perlu faktor-faktor
pengoreksi dapat digunakan.
Kandungan
unsur
atom ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara
gravimetri dengan
merubah unsur atau ion tersebut ke dalam suatu bentuk senyawa yang mudah larut dengan penamba-han suatu pereaksi pengendapan. Beberapa kation dan anion dalam analisis atau dapat dianalisis de-
ngan
cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara
khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis
gravimetri reaksinya harus stoikiometri dan mudah dipisahkan
dari pelarutnya.
Rumus kimianya diketahui dengan pasti dan cukup stabil dalam
penyimpanan.
Cara gravimetri pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara-cara yaitu yang pertama, gravimetri cara penguapan, misalnya untuk menentukan kadar
air, (air kristal atau air yang ada dalam suatu spesies). Kedua yaitu gravimetri elektrolisa, zat yang dianalisa di tempatkan di dalam sel
elektrolisa. Setelah dilakukan elektrolisa, maka logam yang mengendap pada
katoda selanjutnya dapat ditimbang. Ketiga yaitu gravimetri
metode pengendapan menggunakan pereaksi yang akan menghasilkan endapan dengan
zat yang dianalisa sehingga mudah untuk di pisahkan dengan cara penyaringan.
Misalmya Ag+ diendapkan sebagai AgCl. Ion besi (Fe3+)
diendapkan sebagai Fe(OH)3 yang setelah dipisahkan, dipijarkan dan
ditimbang sebagai Fe2O3.
Analisis gravimetri dapat berlangsung baik, jika
persyaratan berikut dapat terpenuhi yaitu, komponen yang ditentukan harus dapat
mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus
cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan
sukar larut. Selanjutnya, endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan
mudah dari larutan (dengan penyaringan). Kemudian, endapan yang ditimbang harus
mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa
tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut.
Alat
utama dalam gravimetri adalah timbangan dengan
tingkat ketelitian yang baik. Umumnya reaksi kimia tidak dalam ukuran besar
seperti kilogram, namun dalam satuan yang lebih kecil seperti gram dan miligram.
Timbangan yang dipergunakan memiliki ketelitian yang tinggi atau kepekaan yang
tinggi dan disebut dengan neraca analitik atau analytical balance. Dalam
melakukan analisis dengan teknik gravimetrik, kemudahan atau kesukaran dari
suatu zat untuk membentuk endapan dapat diketahui dengan melihat kelarutannya
atau melihat harga dari hasil kali kelarutan yaitu Ksp. Jika harga Ksp suatu
zat kecil maka kita dapat mengetahui bahwa zat tersebut sangat mudah membentuk
endapan. Ingat definisi kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut adalah jumlah
zat tersebut sebanyak-banyaknya yang dapat larut dalam pelarut pada suhu
tertentu sehingga larutan tepat jenuh.
Paling
sering sampel diendapkan dalam bentuk larutan oleh reagen, dan setelah melalui
pemisahan dan pengeringan kemudian ditimbang. Ada beberapa yang dapat menguap.
Endapan harus dilarutkan dengan air (atau pelarut lainnya) untuk meminimalisir
kehilangan dalam jumlah yang banyak, mudah untuk disaring dan dicuci, dan
konstan setelah pengeringan dan pemijaran. Dalam hal ini terdapat parameter
yang dapat digunakan yaitu hasil kali kelarutan dari campuran yang dihasilkan
dari analit. Misalnya untuk endapan SO42− dengan Ba2+, hasil kali kelarutan (Ksp) untuk
BaSO4 adalah Ksp = [Ba2+] [SO42−] = 1.3 × 10−10 untuk
larutan yang jenuh.
2.1
Stoikiometri
Dalam prosedur gravimetri yang biasa
suatu endapan ditimbang dan dari hasil ini berat analit dalam contoh dihitung.
Presentase analit A adalah:
Untuk
menghitung berat analit dari berat endapan sering diperlukan suatu faktor
gravimetri. Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam g (atau
ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan P dengan faktor
gravimetri memberikan jumlah gram analit dalam contoh: Berat A = berat P x
faktor gravimetri, maka:
Faktor
gravimetri memang timbul jika cara mol digunakan untuk memecahkan soal
stoikiomeri.
Contoh Soal :
0,4531 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air, kemudian ditambahkan
larutan perak nitrat (AgNO3) berlebih untuk mengendapakan seluruh kloridanya sebagai
endapan perak klorida. Setelah disaring dan dicuci, perak klorida yang
dihasilkan adalah 0,6650 gram. Tentukkan presentase klorida (Cl-)
dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi
pengendapan : Ag+ + Cl- → AgCl (s)
Faktor gravimetri = Ar (Cl-) : Mr
(AgCl)
= 35,45 : 143,32
= 0,25
=
36,69 %
Jadi, presentase klorida dalam sampel
adalah 36,69 %
Faktor gravimetri ditentukan oleh dua faktor, yaitu berat
molekul (atau berat atom) dari analit dan berat molekul dari endapan, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Beberapa Rumusan Faktor Gravimetri
Analit yang ditetapkan
|
Bentuk endapan
|
Nilai faktor gravimetri
|
Cl
|
AgCl
|
Ar-Cl : Mr-AgCl
|
S
|
BaSO4
|
Ar-S : Mr-BaSO4
|
SO3
|
BaSO4
|
Mr-SO3
: Mr-BaSO4
|
Fe
|
Fe2O3
|
Ar-Fe : Mr- Fe2O3
|
Fe3O4
|
Fe2O3
|
Mr-Fe3O4
: Mr- Fe2O3
|
MgO
|
Mg2P2O7
|
Mr-MgO : Mr- Mg2P2O7
|
P2O5
|
Mg2P2O7
|
Mr- P2O7
: Mr- Mg2P2O7
|
Cr2O3
|
PbCrO4
|
Mr-Cr2O3
: Mr- PbCrO4
|
K
|
K2PtCl6
|
Ar-K : Mr-K2PtCl6
|
Memahami perhitungan stoikiometri reaksi antara analit, pengendapan dan
hasil endapannya merupakan bagian penting dalam mengaplikasikan metode
gravimetri.
2.2 Kesalahan dalam gravimetri
Kesalahan dalam gravimetri dibagi menjadi dua yaitu endapan yang tidak sempurna dari ion yang
diinginkan dalam cuplikan, gagal memperoleh endapan murni dengan komposisi tertentu untuk penim-bangan. Kesalahan ini disebabkan oleh peptisasi (proses dimana koloid yang menggumpal atau meng-koagulasi larut kembali menjadi partikel-partikel dalam keadaan terdispersi), kopresipitasi (proses di- mana
biasanya komponen-komponen dari larutan terbawa oleh endapan atau ikut
mengendap ) dari ion-ion pengotor, postpresipitasi
(pengotor akan menempel pada permukaan endapan dan harus cepat dipisahkan
dengan cara dekantasi) zat yang agak larut, kurang sempurna pencucian, kurang
sempurna pemijaran, pemijaran berlebih sehingga sebagian endapan mengurai, reduksi
dari karbon pada kertas saring, tidak sempurna pembakaran, penyerapan air atau
karbondioksida oleh endapan.
2.3 Proses Pengendapan Dalam Analisis Gravimetri
Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi dan
pembentukan nukleus. Dalam analisa gravimetri harus selalu diupayakan agar
didapat endapan yang murni dan partikel-partikelnya cukup besar sehingga mudah
disaring dan dicuci. Pembentukan partikel endapan terjadi dalam larutan yang
lewat jenuh. Langkah pertama terjadi partikel-partikel nukleus. Kation dan
anion dalam larutan bertambah dengan nukleus-nukleus itu dan melekat pada
permukaannya dengan ikatan kimia. Itulah yang
menyebabkan tumbuhnya suatu kisi kristal berdimensi tiga.
Jadi, dalam prakteknya
harus diusahakan menambahkan sedikit pereaksi agar terjadi nukleasi atau
inti-inti hablur yang jumlahnya tidak terlalu besar dan inti-inti hablur itu
yang selanjutnya menjadi partikel-partikel endapan yang mudah disaring.
2.3.1 Kemurnian
endapan
Endapan yang telah
terjadi akan mengandung zat-zat pengotor dan itu bergantung pada sifat endapan
dan pada kondisi-kondisi di mana endapan itu terjadi. Yang menyebabkan
terjadinya kontaminasi dapat karena proses kopresipitasi
atau postpresipitasi. Kopresipitasi dapat terjadi karena adsorpsi pada permukaan kristal yang
berada dalam larutan, dan jika luas permukaannya besar maka jumlah zat yang teradsorpsi bertambah
banyak. Kopresipitasi juga dapat
terjadi secara oklusi yaitu zat-zat
asing masuk kedalam kristal pada proses pertumbuhan kristal. Bila proses
pertumbuhan kristal lambat, maka zat
pengotor akan larut lagi dan kristal yang terjadi lebih besar dan murni.
Kopresipitasi tidak dapat dihilangkan dengan pencucian dan untuk mengatasinya
dengan endapan itu dilarutkan kembali dan kemudian diendapkan kembali dan
karena ion yang berkontaminasi sekarang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
endapan lebih murni. Postpresipitasi
yaitu terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi
dengan campuran garam yang sukar larut.
Untuk mendapatkan
endapan yang besar dan murni, biasanya endapan didegrasi (didegest) atau dimatangkan yaitu dengan endapan dibiarkan kontak
dengan larutan induknya selama beberapa jam pada temperatur 60 – 70 oC.
2.3.2
Menyaring dan
mencuci endapan.
Endapan yang disaring
terkotori oleh zat-zat yang mudah larut dan harus dihilangkan dengan cara
pencucian endapan. Yang menjadi
dasar pada pencucian adalah dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi tidak
melarutkan endapan, dapat mencegah terjadinya peptisasi pada waktu pencucian, dapat menyebabkan pertukaran ion-ion yang teradsorpsi diganti oleh ion lain
yang pada pemanasan dapat menguap, endapan yang
terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu, cawan penyaring dengan abses atau penyaring gelas.
2.3.3 Penyaring dan Pemanasan Endapan.
Endapan yang terjadi disaring, dicuci, dikeringkan,
diabukan dan dipijarkan sampai beratnya konstan. Pengeringan endapan untuk
menghilangkan air dan zat yang mudah menguap. Pemijaran untuk merubah endapan
itu ke dalam suatu senyawa kimia yang rumusnya diketahui dengan pasti.
Pada proses mencuci endapan ada proses dimana untuk mengetahui apakah
endapan yang dicuci masih mengandung pengotor atau tidak. Misalnya dalam
praktikum ini, ada kemungkinan filtrat dari hasil pencucian endapan masih
mengandung klor (Cl-) atau sulfat (SO42-).
Untuk mengujinya dilakukan analisis kualitatif anion. Apabila ketika diuji
sampel tidak terjadi perubahan baik warna dan bau, serta tidak terbentuk endapan
maka sampel tersebut telah bersih dari ion pengotor tersebut.
Metode gravimetri saat ini sudah semakin luas aplikasinya, misalnya pada penentuan
fraksi-fraksi dari minyak bumi, penentuan kadar air dari berbagai produk
seperti hasil pertanian, minyak bumi, minyak goreng, dan gas alam, elektrogravimetri,
dan thermal gravimetri.
3.
Alat dan Bahan
3.1 Alat
Tabel
2. Alat beserta fungsinya
No.
|
Nama alat
|
Gambar
|
Fungsi Alat
|
1
|
Pipet Tetes
|
 |
Untuk mengambil dan meneteskan reagen dalam
skala kecil.
|
2
|
Tabung reaksi
|
 |
Sebagai wadah untuk menguji filtrat secara
analisis kualitatif.
|
3
|
Cawan petri
|
 |
Sebagai wadah untuk kertas saring dan endapan.
|
4
|
Gelas kimia
|
 |
Sebagai
tempat untuk melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi.
|
5
|
Botol Reagen
|
|
Sebagai wadah/tempat untuk reagen yang akan
digunakan.
|
6
|
Erlenmeyer
|
 |
Untuk menyimpan dan memanaskan larutan dan
menampung filtrat hasil penyaringan.
|
7
|
Batang pengaduk
|
 |
Untuk mengaduk larutan dan mempercepat larutnya
suatu bahan.
|
8
|
Kertas saring
|
 |
Untuk menyaring larutan.
|
9
|
Corong biasa
|
 |
Untuk menyaring cairan kimia.
|
10
|
Oven
|
 |
Untuk mengeringkan residu yang telah dicuci.
|
11
|
Neraca analitik
|
 |
Untuk menimbang dan mengukur berat suatu bahan.
|
12
|
Eksikator
|
 |
Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air
dan mengeringkan zat-zat dalam laboratorium
|
13
|
Penangas
|
 |
Untuk memanaskan larutan.
|
3.2 Bahan
Tabel
3. Bahan beserta sifat fisik dan sifat kimianya
No.
|
Nama Bahan
|
Sifat fisik
|
Sifat Kimia
|
1
|
HCl
|
-
Massa atom : 36,45
-
Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
-
Titik leleh : -101C
-
Energi ionisasi : 1250 kj/mol
-
Pada suhu kamar, HCl berwujud gas
yang tak berwarna
-
Berbau tajam
|
-
HCl akan berasap tebal di udara
lembab.
-
Gasnya berwarna kuning kehijauan dan
berbau merangsang.
-
Dapat larut dalam alkali hidroksida,
kloroform, dan eter.
-
Merupakan oksidator kuat.
|
2
|
(NH4)2C2O4
|
-
Warna
putih
-
Massa
molar 124.1 g mol−1
|
-
Larut dalam air
-
Rumus kimia C2H8N2O4
|
3
|
HNO3
|
-
Zat
cair tak berwarna
|
-
Asam
kuat
-
Oksidator
|
4
|
AgNO3
|
-
Tidak
berwarna
-
Tidak
berbau
-
Tidak
berasa
-
Tidak
aromatis
-
Padatan
kristal
|
-
Larut dalam air 4 %
-
Merupakan garam dan oksidator kuat
-
Dapat diisolasi
|
5
|
Batu kapur
|
-
Padatan/serbuk putih
-
Keasaman
(pKa) 9,0
|
- Larut dalam asam
|
6
|
BaCl2
|
-
Kristal
tak berwarna
|
-
Larut
dalam air
|
4. Prosedur Kerja
Batu kapur (CaCO3)
-Ditimbang sebanyak ±0,2
gram
|
- Dilarutkan
dengan HCl encer
|
- Dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 70oC-80oC
|
- Ditambahkan (NH4)2C2O4
hingga terbentuk endapan
|
- Dipanaskan di atas penangas air ±1 jam
|
- Disaring dengen kertas saring yang telah
diketahui bobotnya
|
- Dicuci hingga bebas klor dan sulfat
|
- Dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC-110oC
selama 1 jam
|
- Didinginkan dalam eksikator
|
- Ditimbang sampai berat konstan
|
5. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
5.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.
Hasil Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
|
Menghaluskan dan menimbang sebanyak ±0,2 gr, dan menimbang kertas saring kosong (tissue)
pada neraca analitik.
Menambahkan HCl sampai larut pada gelas kimia.
Memanaskan
larutan pada penangas air hingga pada suhu 70-80° C.
Menambahkan amonium oksalat (NH4)2C2O4 pada
gelas kimia.
Memanaskan kembali pada penangas air ± 1 jam.
Menyaring dengan menggunakan kertas saring dan
corong.
Mencuci endapan dengan
aquades sampai terbebas dari klor dan sulfat menggunakan
reagen AgNO3 dan HNO3 untuk uji klor(Cl-)
dan BaCl2 untuk uji sulfat (SO42-).
Memanaskan endapan
bersama kertas saring yang sudah
dicuci ke dalam
oven pada suhu 100-110° C ± 1
jam.
Mendinginkan endapan dan
kertas saring didalam eksikator selama
±15 menit.
Menimbang endapan dan
kertas saring yang sudah didinginkan dengan menggunakan neraca analitik.
Mengulangi poin terakhir di atas hingga diperoleh
bobot tetap.
|
Bobot kertas saring : 1,879
gram
Larutan homogen
Masih dalam bentuk larutan
Terbentuk endapan putih
Dihasilkan filtrat dan residu
Endapan bebas klor dan
sulfat setelah pencucian ke-6
Endapan kering
Bobot kertas saring dan
endapan
- Bobot awal :1,9721 gram
- Bobot kedua :1, 9668 gram
- Bobot konstan :1,9660
gram
|
5.2 Perhitungan
- Berat contoh = 0,2 gr
-
Berat kertas saring + endapan = 1,9660 gr
- Berat
kertas saring kosong = 1,879 gr
- Berat
endapan = 0,087 gr
Ar Ca
Faktor gravimetri =
Mr
CaCO3
40 gram/mol
=
100 gram/mol
=
0,4
Berat endapan x Fg
% Ca dalam CaCO3 = X
100%
Berat
sampel
0,087 gram x 0,4
= X 100%
0,2 gram
= 17,4 %
6. Pembahasan
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang
sampel kapur yang telah dihaluskan sebanyak ± 0,2 gr. Selanjutnya, sampel kapur yang telah ditimbang tersebut
dilarutkan dengan larutan
HCl encer. Hal ini dikarenakan logam larut dalam pelarut asam. Kemudian dilakukan pengadukan agar sampel cepat larut.
Persamaan reaksinya adalah : CaCO3(s)
+ HCl (aq) → Ca2+ (HCl) + CO32- (HCl)
Gambar 1. Proses pengadukan sampel Gambar
2. Proses penambahan
HCldan HCl encer
Gambar 3. Sampel kapur larut sempurna
Setelah
itu larutan dipanaskan di atas penangas air hingga suhu 70-80 oC.
Gambar 4. Pemanasan larutan setelah penambahan HCl encer
Larutan yang telah dipanaskan selanjutnya diendapkan dengan ammonium oksalat ((NH4)2C2O4) hingga
sempurna. Penambahan
ammonium oksalat ini karena ammonium oksalat digunakan sebagai bahan pengendap
kalsium langsung yang memberikan ion C2O42-
karena mengion. Cara ini disebut dengan homogenus
presipitasi, yaitu cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan
pengendap tidak dalam bentuk jadi, melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat
menghasilkan pengendapan tersebut. Penambahan ammonium oksalat merupakan
penambahan ion sejenis pada larutan, sehingga ia akan memperbesar peluang
terbentuknya endapan kalsium oksalat. Reaksi
pengendapan yang terjadi adalah : Ca2+
+ (NH4)2C2O4 → CaC2O4↓ + NH4+
Gambar 5. Penambahan (NH4)2C2O4 sampai terbentuk endapan
Kemudian
sampel yang telah mengandung endapan tersebut dipanaskan kembali di atas
penangas air selama ± 1 jam. Hal ini dilakukan agar
terbentuk endapan secara sempurna.
Gambar 6. Terbentuk endapan sempurna setelah pemanasan
Setelah itu larutan di
saring dengan kertas saring yang telah ditimbang berat kosongnya sebesar 1,879 gr.
Gambar 7. Proses penyaringan endapan
Endapan
pada kertas saring dicuci sebanyak tujuh kali
sampai bebas klor dan sulfat. Uji klor dilakukan pada filrat
hasil pencucian pertama sampai ketujuh. Hal ini dilakukan dengan cara
menambahkan reagen AgNO3 dan setetes HNO3. Dari hasil
pengujian klor terbentuk endapan putih yang menandakan adanya kandungan klor
dalam filtrat sampai pencucian keenam. Uji sulfat dilakukan pada filtrat hasil
pencucian keenam. Dari pengujian, filtrat tidak menghasilkan endapan sehingga
dapat dikatakan bahwa endapan tidak lagi mengandung sulfat.
Gambar 8. Uji klor pada filtrat Gambar 9. Uji klor pada filtrat
pencucian pertama pencucian ketujuh
Gambar 10. Endapan setelah
pencucian ketujuh
Setelah endapan benar-benar bersih dari pengotor, maka dilakukan
pengeringan di dalam oven selama ± 1 jam pada suhu 100-110oC. Tujuan
dari pengeringan ini adalah untuk menghilangkan air dan zat-zat lain yang mudah
menguap. Dengan persamaan reaksi sebagai berikut: CaCO2O4
↓ putih → CaO ↓ putih + CO2(g)
+ CO(g)
Setelah proses pengeringan, dilakukan lagi proses pemijaran di dalam
eksikator selama 15 menit agar didapatkan suatu senyawa yang dapat diketahui
rumusnya secara pasti.
Gambar 11. Proses pemijaran dalam eksikator
Selanjutnya, sampel yang telah dipijarkan tersebut ditimbang. Pada
penimbangan pertama didapatkan bobot kertas saring dan endapan sebesar 1,9721
gram. Setelah penimbangan, sampel dimasukkan lagi dalam eksikator selama 15
menit kemudian ditimbang lagi. Ini dilakukan untuk mendapatkan bobot yang
konstan. Bobot konstan didapatkan pada penimbangan ketiga yakni sebesar 1,9660
gram.
Gambar 12. Proses penimbangan kedua bobot 1,9668 gram
Apabila diselisih dengan berat kertas saring, maka endapan murni yang
didapatkan sebesar 0,087 gram.
7. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan berat endapan murni yang konstan adalah 0,087 gram.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa di dalam
sampel batu kapur mengandung kalsium yang telah ditentukan melalui analisis
metode gravimetri secara pengendapan sebesar 17,4 %.
Daftar Pustaka
Annita, Siska Apriyo. (2012). Analisis Gravimetri. [Online] Available : http://siskaapriyoannita.wordpress.com/2012/06/16/analisis-gravimetri/ (November 10, 2013)
Christian. (2012). Analisis Gravimetri. [Online] Available: http://christianthp2010.wordpress.com/2012/04/25/analisis-gravimetri/ (November 10, 2013)
Day, J.D.
Underwood. (1988). Analisis kimia
kualitatif (edisi keempat). Jakarta : Erlangga
Krull, Ulrich
J. & Michael Thompson. (2000). Analytical Chemistry. Toronto: Universitas
Toronto
Lukum, A.
(2005). Bahan ajar dasar-dasar kimia
analitik. Gorontalo : UNG
Sartini. (2013). Gravimetri. [Online] Available: http://sartinichemistry.blogspot.com/2013/05/analisis-gravimetri_14.html (November 10,
2013)
Syabatini, Annisa. (2009). Gravimetri. [Online] Available: http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/04/gravimetri/ (November 10, 2013)
Teaching, T.
(2010). Modul praktikum dasar-dasar kimia
analitik. Gorontalo: FMIPA UNG
Vhy, Devhy. (2013). Gravimetri. [Online] Available: http://www.slideshare.net/devhyvhy/gravimetri-20242786 (November 10, 2013)
Vogel, & G. Svehla. (1985). Buku
teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro (terjemahan
setiono). Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Ulrich J. Krull, Michael Thompson, Analytical Chemistry (Toronto : Universitas
Toronto, Tahun tidak diketahui), hal.545